Hari Bahagia Santi Faqi (Part 1)
10 November 2018
Hari dimana merupakan hari bahagia aku. Aku pun bisa menikah dengan seorang lelaki yang mau menerima aku apa adanya. Sekalipun dengan segala kekurangan yang aku miliki. Meskipun belum mengenal lama dengannya. Yang aku tahu, dia mau memberikan harapan dan melewati proses bersama - sama.
Lantas siapakah dia?
Faqi Asnan Kasoghi, seorang lelaki Tuli dan sedikit pemalu. Tapi dia berani dan niat untuk menikahiku tanpa pacaran. Mengapa dia begitu berani? Karena dia merasa sudah cukup untuk lebih bisa bertanggung jawab terhadap aku, menafkahi aku, siap untuk menjadikan tempat aku bercerita dan berkeluh kesah.
Aku pribadii pertama kali bertemu dengannya pada 10 November 2017 silam. Saat dimana dia berkunjung ke sebuah komunitas seni Tuli yang berada di Yogyakarta. Tak ada ngobrolan spesial dan hanya ngobrolan singkat seperti biasa dan begitu aku langsung pulang karena memang aku sibuk dengan rutinitas aku sebagai pekerja sosial.
Tahun pun berganti dan aku masih menganggap Faqi itu orang asing yang berusaha untuk datang di kehidupan aku. Aku memang punya kontak dia di hp aku. Sesekali dia menghubungi aku, entah itu VC atau sekedar chat basa basi. Aku gak pernah meresponnya dengan seserius itu. Bagaimanapun juga dia itu orang asing bagiku karena memang aku belum kenal siapa dia. JUJUR, aku ini orangnya malas berhadapan dengan cowok basa basi gak jelas. Buang buang waktu aja, karena memang aku fokus untuk bekerja.
Dan pada pertengahan Juli dia serius mengajak aku untuk kolaborasi membuat proyek seni untuk pemberdayaan di kota kelahiran dia, Pekanbaru Kota. Akupun mengiyakan, lantas kenapa aku mau berkolaborasi dengan dia? Sebelumnya aja aku menolak untuk berkomunikasi dengan dia. Ya itu karena dia mengajak dalam hal kebaikan, terutama untuk pemberdayaan disabilitas. Mana mungkin aku mau menolak. Selagi bisa untuk berbagi kebaikan kenapa gak?
3 Hari berturut - turut workshop melukis di Pekanbaru bersama Gerkatin Pekanbaru pun berjalan lancar. beberapa hari sebelum aku pulang ke Yogyakarta, dia mengajak aku berjalan bersama keluarga di Transmart Mall. Oke aku mengiyakan walaupun sebenarnya rada malas juga si karena memang aku sudah capek seharian bekerja dan memberikan pelatihan melukis bagi teman - teman Tuli di Pekanbaru Kota.
Setelah menelusuri beberapa tempat belanjaan di Transmart, sembari menunggu kakaknya membayar di kasir. aku pun duduk di samping Ibunya. Dan secara mendadak Ibunya bilang sama aku kalau Faqi punya niat untuk melamar aku dalam waktu dekat. Sontak aku pun kaget bukan main karena memang selama ini aku gak pernah ada pikiran untuk menikah dengan dia seorang. Sampai pulang pun aku hanya terdiam di dalam mobil, memikirkan apa yang Ibu ngomong ke aku?. aku masih shock..
BERSAMBUNG
Hari dimana merupakan hari bahagia aku. Aku pun bisa menikah dengan seorang lelaki yang mau menerima aku apa adanya. Sekalipun dengan segala kekurangan yang aku miliki. Meskipun belum mengenal lama dengannya. Yang aku tahu, dia mau memberikan harapan dan melewati proses bersama - sama.
Lantas siapakah dia?
Faqi Asnan Kasoghi, seorang lelaki Tuli dan sedikit pemalu. Tapi dia berani dan niat untuk menikahiku tanpa pacaran. Mengapa dia begitu berani? Karena dia merasa sudah cukup untuk lebih bisa bertanggung jawab terhadap aku, menafkahi aku, siap untuk menjadikan tempat aku bercerita dan berkeluh kesah.
Aku pribadii pertama kali bertemu dengannya pada 10 November 2017 silam. Saat dimana dia berkunjung ke sebuah komunitas seni Tuli yang berada di Yogyakarta. Tak ada ngobrolan spesial dan hanya ngobrolan singkat seperti biasa dan begitu aku langsung pulang karena memang aku sibuk dengan rutinitas aku sebagai pekerja sosial.
Tahun pun berganti dan aku masih menganggap Faqi itu orang asing yang berusaha untuk datang di kehidupan aku. Aku memang punya kontak dia di hp aku. Sesekali dia menghubungi aku, entah itu VC atau sekedar chat basa basi. Aku gak pernah meresponnya dengan seserius itu. Bagaimanapun juga dia itu orang asing bagiku karena memang aku belum kenal siapa dia. JUJUR, aku ini orangnya malas berhadapan dengan cowok basa basi gak jelas. Buang buang waktu aja, karena memang aku fokus untuk bekerja.
Dan pada pertengahan Juli dia serius mengajak aku untuk kolaborasi membuat proyek seni untuk pemberdayaan di kota kelahiran dia, Pekanbaru Kota. Akupun mengiyakan, lantas kenapa aku mau berkolaborasi dengan dia? Sebelumnya aja aku menolak untuk berkomunikasi dengan dia. Ya itu karena dia mengajak dalam hal kebaikan, terutama untuk pemberdayaan disabilitas. Mana mungkin aku mau menolak. Selagi bisa untuk berbagi kebaikan kenapa gak?
3 Hari berturut - turut workshop melukis di Pekanbaru bersama Gerkatin Pekanbaru pun berjalan lancar. beberapa hari sebelum aku pulang ke Yogyakarta, dia mengajak aku berjalan bersama keluarga di Transmart Mall. Oke aku mengiyakan walaupun sebenarnya rada malas juga si karena memang aku sudah capek seharian bekerja dan memberikan pelatihan melukis bagi teman - teman Tuli di Pekanbaru Kota.
Setelah menelusuri beberapa tempat belanjaan di Transmart, sembari menunggu kakaknya membayar di kasir. aku pun duduk di samping Ibunya. Dan secara mendadak Ibunya bilang sama aku kalau Faqi punya niat untuk melamar aku dalam waktu dekat. Sontak aku pun kaget bukan main karena memang selama ini aku gak pernah ada pikiran untuk menikah dengan dia seorang. Sampai pulang pun aku hanya terdiam di dalam mobil, memikirkan apa yang Ibu ngomong ke aku?. aku masih shock..
BERSAMBUNG
Comments
Post a Comment